Kamis, 7 Juli 2011
Garut. Tabuhan kendang dengan terompet membuat senyuman para anak Kampung Negla, Desa Sindangsari kembali setelah sehari sebelumnya bergegas mencari kembali seragam silat Pangsi lengkap dengan ikat pinggang dan ikat kepala kain. Mereka mengingat-ingat kembali ancang-ancang dan posisi silat yang hampir lebih dari dua tahun tidak dilatih lagi.
Mang Adar, Guru Silat perguruan ini memaparkan dalam bahasa Sunda “Gerakan anak-anak masih ngaco karena telah lama tidak dilatih, padahal dulunya sangat bagus dan pernah dikirim sebagai atlit.”
Sejarah Perguruan
Perguruan Pencak Silat “SINGA WULUNG” berdiri kurang lebih tiga puluh tahun yang lalu. Pendiri Perguruan ini adalah Alm. Pak Hamami, kemudian diturunkan kepada Alm. Pak H. Widana. Keturunan selanjutnya yang ketiga, yaitu Alm Pak Eli, dan sekarang perguruan dipegang oleh Mang Adar. Kepemimpinan perguruan diturunkan dari karuhun kepada cucu dibawahnya secara turun temurun.
Pencak Silat bukan hanya sekedar alat pertahanan diri saja tetapi keterampilan dalam olahraga ini juga mengandung unsur seni budaya asli Indonesia yang harus tetap lestari. Keberadaan kelompok ini harus diakui dan didukung keberadaannya oleh banyak pihak karena secara tidak langsung mereka melawan arus globalisasi yang mengikis warisan leluhur yang agung. Harapannya agar pemerintah bisa lebih memperhatikan kelompok perguruan ini.
Akhirnya napas kedua dihembuskan, singa yang pernah tidur, bangkit kembali, mengaum dan memperlihatkan taringnya. Kami berdoa semoga tetap terjaga seterusnya.
Oleh : Umi Salamah (Mahasiswi STKS Bandung)
No comments:
Post a Comment